28 Nov 2014

HAK ANAK

Kitab :Huququl Awlad Álal Abaa wa Ummahat
(Muallif: Syeikh Abdullah Al Bukhari)


Diterjemahkan Oleh:
Ustadzah Ummu Abdillah Zainab binti Ali
(Ma'had As Sunnah Malang)


2. Ketaqwaan orang tua berdampak positif pada anak.
Allah Ta'ala berfirman:

Artinya: "Dan adalah kedua orang tuanya adalah orang sholih" ( QS Al-Kahfi : 82)
Ayat yang agung ini merupakan dalil yang jelas bahwa orang sholih akan di jaga anak-anaknya, bahwa ibadahnya dan ketaqwaannya kepada Allah Ta'ala serta pertolongan Allah Ta'ala kepadanya sehingga dia mampu mewujudkan hakekat ibadah yang sesungguhnya kepada Allah Ta'ala, juga barokah peribadatannya kepada Allah. Semua itu berdampak juga kepada anaknya dan barokah ibadah maka akan sampai pula kepada anak keturunannya, seperti mereka anak-anaknya mendapati syafaat dari orang tuanya, bahkan terangkat tinggi derajatnya didalam surga.Berkata Said ibnu jubair rahimahullah: dari Abdullah bin Abbas radhiallahu'anhu menjelaskan ayat diatas :


 

Beliau berkata menafsirkan :
"dijaga kedua anak-anaknya karena kesholihan orang tuanya. Dalam ayat tersebut tidak disebutkan kesholihan kedua anaknya tersebut, tapi kedua anak tersebut "dijaga" karena kesholihan orang tuanya.
Berkata Imam Muhammad ibnu Munkadir :
"sesungguhnya Allah Azza wa jalla sungguh-sungguh akan menjaga anak seseorang yang menjaga kesholihannya, bahkan terjaga anak cucunya dan anak turunnya akan terus menerus dijaga dan dilindungi oleh Allah Ta'ala.Berkata Al-Imam Ibnu katsir dalam tafsirnya mengenai ayat diatas surah Al-Kahfi : 82, :
"Dalam ayat diatas menjadi dalil bahwa orang yang sholih akan terjaga anak turunannya, akan sampai barokah dari ibadahnya kepada anak-anaknya didunia dan diakhirat dengan syafaat / pertolongan orang tuanya bahkan akan terangkat tinggi derajat mereka anak-anaknya dalam syurga agar supaya senang dan berbahagia orang tua dengan keberadaan anak-anaknya tersebut, sebagaimana hal itu dijelaskan dalam Al-Qur'an juga As-sunnah, kemudian beliau menyebutkan atsar ibnu Abbas radhiallahu'anhu diatas.

Seorang hamba yang memelihara dirinya, menjaga ibadah-ibadahnya kepada Allah, rasa takutnya kepada Allah baik ketika dia ridho atau marah, berusaha memberikan hak Allah jalla wa 'ala dengan sebaik-baiknya. Semua itu manfaatnya untuk dirinya juga bermanfaat untuk anak turunannya dan dapat memperbaiki keadaan anak-anaknya dengan izin Allah Ta'ala.
Akan tetapi bukan berarti setiap orang sholih anak-anaknya akan menjadi sholih juga, tidak seperti itu, itu bukan kepastian. Maka kita dapati bahkan Nabi Allah ada diantara anak-anaknya yang tidak menempuh jalan bapaknya. Sebagaimana telah lalu dijelaskan perkataan luqman kepada anaknya ketika menasehatinya :

Artinya: "Wahai anakku, janganlah engkau berbuat syirik kepada Allah, sesungguhnya syirik itu sungguh kezholiman yang paling besar"
(Qs Luqman:13)

Allah Ta'ala khobarkan bahwa Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yamg hidup.

Maksudnya (penterjemah): yang hidup adalah orang mukmin, dan yang mati adalah orang kafir.
Makna mengeluarkan yang hidup dari yang mati adalah mengeluarkan (lahir) mukmin dari oramg kafir, contohnya Nabi Ibrahim alaihissalam lahir dari bapaknya Azar yang kafir, sebaliknya Allah Ta'ala mengeluarkan yang mati dari yang hidup maknanya: mengeluarkan (lahir) kafir dari bapaknya yang mukmin, contohnya: anak-anaknya Nabi Nuh alaihissalam yang kafir.
Dari situ dipahami bahwa tidak selalu orang sholih keluarganya dan anak-anaknya sholih juga. Ini pengecualian, akan tetapi pada umumnya seperti tafsir
(Al. kahfi :82) diatas
(penterj)

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla yang artinya :
"Allah membuat permisalan untuk orang-orang kafir dengan istri Nuh dan istri Luth, keduanya dibawah kekuasaan dua hamba kami yang sholih, lalu keduanya mengkhianati (suaminya) maka Allah tidak membutuhkan sedikitpun dari kedua (istri) itu, dan akan dikatakan masuklah kalian berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka" Qs. At Tahrim :10


Apakah kewajiban orangtua yang pertama kepada anak-anaknya?
 Kewajiban orangtua yang pertama dan utama kepada anak-anaknya adalah memperbaiki kehidupan akhirat mereka dan juga dunia mereka.

Allah Ta'ala berfirman :


"Wahai orang-orang yang beriman jagalah dari kalian dan keluarga kalian dari api neraka " Qs. At Tahrim : 6
Maka kewajiban pertama orangtua kepada anak-anaknya adalah :
"Memelihara mereka dari api neraka"!

Bahkan inilah yang paling afdhol didahulukan orangtua dari anak-anaknya.

Tapi yang sangat-sangat mengherankan, mudah didapati kenyataan sebagian orangtua yang merasa amat sangat sedih ketika nilai pelajaran anaknya jatuh, sedih orangtua berkepanjangan!!

Tapi sebaliknya ketika nilai-nilai keimanan serta akhlak anaknya jatuh orangtua tidak tersentuh hatinya, tidak ada kesusahan serta kesedihan, kecuali orang yang dirahmati Allaah, akan tetapi sayang jumlah mereka hanya sedikit !!

Apabila anak absen pelajaran, gelisah dan marahlah orangtua, tapi ketika putranya absen sholat berjamaah di masjid -khususnya anak laki-laki- engkau dapati sebagian orangtua bahkan mayoritas mereka tidak tergerak hatinya, tenang tanpa ada kemarahan!
Maka hanya kepada Allaah kita mengadu!

Padahal perkara-perkara tersebut sangat penting, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda dalam hadit 'mutafaqun alaihi'
"Tidaklah seorang hamba yang diberi kepemimpinan oleh Allaah, lalu dia tidak menjaganya dengan memberi nasehat, kecuali dia tidak mencium wangi surga"

Dan tidak diragukan bahwa kerugian paling besar bagi seseorang adalah : dia yang rugi dirinya sendiri dan rugi keluarganya pada hari kiamat. Wal iyadzubillah..

Allah Ta'ala berfirman :


Artinya :
Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.
(Qs Az-Zumar : 15)


Jeleknya pendidikan anak berdampak buruk terhadap anak juga untuk masyarakat bahkan untuk negara. 
Berkata Abdul Rahman bin Nasir As- Sa'diy :
"Adapun mengabaikan anak-anak mudharatnya besar, sangat berbahaya.
Bagaimana pendapatmu andaikata engkau mempunyai kebun lalu engkau rawat kebunmu itu sehingga subur pohon-pohonnya, berbuah banyak, juga subur dan indah bunga-bunganya, tapi kemudian engkau abaikan kebun tersebut, engkau tinggalkan tidak lagi engkau jaga, tidak engkau sirami, tidak engkau bersihkan dari penyakit-penyakit tanaman.

Bukankah itu puncak kebodohan dan kedunguan?

Lalu bagaimana engkau abaikan anak-anakmu padahal mereka adalah buah hatimu, darah dagingmu, bahkan foto copy mu, bagian dari jiwamu, dia penggantimu, hidup dan matimu, yang kebahagiaan mereka merupakan kebahagiaanmu, dan kesuksesan mereka engkaupun dapati kebaikan yang banyak.


"Tidak ada yang bisa mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki hati"
Qs. Al Imran :7

Bersambung insyaAllaah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar